Sabtu, 26 November 2016

SERBA HOT - PRAKTEK DOKTER YANG BERAKHIR DENGAN PERMAINAN LIAR BERSAMA JANDA TANPA ANAK DI RUMAHNYA

SerbaHot
SERBA HOT - Kembali lagi bersama kami Seperti biasa kami selalu menghadirkan dan mengupdate cerita dewasa kami. Yang Pastinya akan membuat anda geli-geli basah dan panas. Tentunya kami hadirkan untuk anda seluruh para pembaca setia kami tanah air. Tanpa banyak basa-basi lagi langsung saja kita HAJAR!!! Brooo Cerita Dewasa kami di bawah ini .

Telah belasan tahun berpraktek Gua di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah.

Jadi sekalipun telah belasan tahun Gua berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, Gua tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab Gua benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila Gua memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.

Namun Gua tidak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Gua  tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering Gua bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.

Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, Gua memperoleh kepuasan secara batiniah, karena Gua dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, Gua pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.

Suatu malam hari, Gua diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, Gua mengunjunginya setelah Gua menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa Gua sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya.

Saat Gua mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan Gua  pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.

Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan Gua untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah Gua berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya Gua perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.

“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.
“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.
Dan untuk melewati waktu, Gua banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Sri.

Ternyata Sri adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap menjanda. Sri sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Saat Gua melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan Gua lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka Gua sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, Gua terpaksa duduk di samping Sri yang mulai merebahkan diri.

Tampak rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Sri berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Gua coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri tetap lelap dalam tidurnya.

Pikiranku menerawang, teringat Gua akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah Gua tiduri malam minggu yang lalu, saat Gua melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan Gua berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu Gua hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, Gua tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan Gua masih memendam berahi di antara selangkanganku.

Gua mencoba meraba buah dada Sri yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika Gua mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat Gua lakukan tanpa membuat Sri terbangun. Gua dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Sri tetap tertidur.

Gua mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi Gua teruskan permainan bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan Gua mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun Gua segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Gua lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Sri yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya.

Setalah Gua yakin Sri tidak akan berteriak, Gua  alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah Gua dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.

Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Sri sudah mulai mengeras, dan Gua jilati sepuas hatiku sampai terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.

Sri membiarkan Gua bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemeja Gua , lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celana Gua . Agaknya Sri mendapat sedikit kesulitan karena celana Gua terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang.

Sambil tetap menjilati kemaluannya, Gua membantu Sri melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur.

Mata Sri tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.

Kutarik kepala Sri agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Sri tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Gua memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Sri. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Gua mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuatnya menggelinjang, saat Gua rasakan kemaluan Sri mulai membasah, Gua tahu, saatnya sudah dekat.

Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga Gua mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Gua turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Sri, lalu Gua geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya.

Kemudian Gua dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Sri. Terasa agak seret majunya, karena Sri telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu. Dengan sabar Gua majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Sri. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Sri mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga Gua dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Sri.

Gua membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Sri sekitar 20 detik, baru setelah itu Gua mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu Gua dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Sri yang makin membasah.

Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama Gua menyetubuhi Sri, Gua  belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi Gua teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri, Gua hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Sri dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.

Terasa badan Sri melamas, dan Gua biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal paha Gua . Sambil memeluk tubuh Sri yang berkeringat, Gua bisikan ke telinganya,
“Sri, terima kasih". Selesai.

Bagaimana bro dengan cerita sex Hari ini dari SERBA HOT !!!. Muantapp dong pastinya, Nahh untuk Cerita Dewasa kami Selanjutnya di tunggu ya. Pastinya kami akan hadirkan yang lebih Super Panas dan Super Hot lagi. Tentunya untuk anda seluruh para pembaca setia kami di tanah air. Di tunggu ya Brooo cerita kami selanjutnya. Selamat Beraktifitas kembali bro. Terimakasih .

0 komentar:

Posting Komentar